Pages

http://atromuhmakassar.blogspot.com/

Rabu, 11 Juni 2014

About this blog

Hey....
Perkenalkan nama saya ASMY AMALIA. Saya adalah salah satu mahasiswi di Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO Muhammadiyah Makassar). Saya membuat blog ini untuk berbagi ilmu kepada teman-teman saya yang berada diluar lingkungan dari Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO Muhammadiyah Makassar) agar mereka bisa lebih mengetahui lebih dalam tentang "Radiografer" sekaligus untuk tugas perkuliahan saya. Tanpa bantuan dari dosen serta teman-teman saya mungkin blog ini akan jadi berantakan tapi.......
Dosen dan teman-temanlah yang berperan penting dalam blog ini, mengajarkan banyak hal tentang blog sehingga terciptalah blog yang bertemakan "Berbagi Ilmu Radiologi". Sekali lagi saya ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen dan teman-teman saya. Sekian :)

Minggu, 25 Mei 2014

JENIS-JENIS FOTO RONTGEN GIGI



       Posted by De Haantjes van Het Oosten in Mei 28, 2013, under Artikel Kedokteran Gigi, Catatan Kuliah Tambahan, Ilmu Pemeriksaan Penunjang, Menu Dento Inkubator
Sinar x ditemukan oleh Wilhem C Roentgen, seorang professor fisika dari jerman saat melihat timbulnya fluoresensi yang berasal dari kristal barium platinosianida yang mendapat hadiah nobel pada tahun 1901. Akhir desember 1895 dan awal januari 1896 Dr. Otto Walkhoff (dokter gigi) dari jerman adalah orang pertama yang menggunakan sinar x pada foto gigi (premolar bawah).
Pada tahun 1913 Collige menyampurnakan penemuan Rontgen dengan memodifikasi tabung yang digunakan. Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang didalamnya hanya terdapat 2 elktroda yaitu anode dan katode. Tabung jenis ini kemudian disebut Hot Chatode Tube dan merupakan tabung yang dipergunakan untuk pesawat Rontgen konvesional yang sekarang.
Setahun setelah Rontgen menemukan sinar-X, maka Henri Becquerel, di Perancis, pada tahun 1896 menemukan unsur uranium yang mempunyai sifat yang hampir sama. Penemuannya diumumkan dalam kongres Akademi Ilmu Pengetahuan Paris pada tahun itu juga
Orang Indonesia yang telah menggunakan sinar Roentgen pada awal abad ini ialah R.M. Notokworo yang lulus dokter di Universitas Leiden, Belanda, pada tahun 1912. Beliau mula-mula bekerja di semarang, lalu pada permulaan masa pendudukan jepang dipindahkan ke surabaya. Pada tahun 1944 ia meninggal secara misterius, dibunuh oleh tentara Jepang.
Radiologi dan Radiografi
Radiologi adalah cabang ilmu kesehatan mengenai zat radioaktif dan energi pancarannya yang berhubungan dengan diagnosis dan pengobatan penyakit, baik dengan cara radiasi ionisasi (seperti sinar-X) maupun nonionisasi (seperti ultrasonografi). Menurut Kamus Kedokteran Gigi Harty, Radiologi merupakan ilmu mengenai diagnosis dan perawatan suatu penyakit dengan menggunakan sinar-X termasuk di dalamnya ilmu mengenai film radiografi dan pemeriksaan visual atas struktur tubuh pada layar fluorosensi, atau mempertunjukan struktur tubuh tertentu melalui pemasukan bahan kimia yang radio-opaque sebelum pemeriksaan radiologis dilakukan
Sedangkan radiografi adalah penggunaan sinar pengion (sinar-X, sinar gamma) untuk membentuk bayangan benda yang dikaji pada film. Radiografi umumnya digunakan untuk melihat benda tak tembus pandang, misalnya dalam tubuh manusia. Gambaran benda yang diambil dengan radiografi disebut radiogaf. Radiografi lazim digunakan pada berbagai bidang terutama pengobatan dan industri.
Pelayanan radiologi sebagai bagian yang terintergrasi dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat Undang- Undang Dasar 1945 dimana kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat dan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah selayaknya memberikan pelayanan yang berkualitas. Penyelenggaraan pelayanan radiologi umumnya dan radiologi diagnostik khususnya telah dilaksanakan di berbagai sarana pelayanan kesehatan, mulai dari sarana pelayanan kesehatan sederhana, seperti puskesmas dan klinik-klinik swasta, maupun sarana pelayanan kesehatan yang berskala besar seperti rumah sakit kelas A. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dewasa ini telah memungkinkan berbagai penyakit dapat dideteksi dengan menggunakan fasilitas radiologi diagnostik yaitu pelayanan yang menggunakan radiasi pengion dan non pengion. Dengan berkembangnya waktu, radiologi diagnostik juga telah mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik dari peralatan maupun metodanya.

PRINSIP KERJA KEDOKTERAN NUKLIR



PRINSIP KERJA KEDOKTERAN NUKLIR

1. Prinsip Pencitraan Kedokteran Nuklir
  1. Menggunakanradioisotopsbgsumbersinar gamma denganenergi 80-511 keV
  2. Radioisotopdimasukkankedalam organ tubuh yang diperiksa (in vivo)
  3. Organ tubuhmemencarkanradiasi, detektormencatatpaparandiluartubuh
  4. Radiasidiubahmenjadicahaya, cahayadiubahmenjadi data digital, data digital direkonstruksimenjadicitradiagnostik.

2. AlurPencitraanKedokteranNuklir
Dalamprinsippencintraanpadakedokterannukliradabeberapaalur-alur yang harus di ketahui.Berikutalur-aluruntukpencitraanpadakedokterannuklir :

  1. Pembuatanjenisradiofarmakasesuaidenganjenispemeriksaankedokterannuklir yang akan di lakukan. Radiofarmakaadalahsenyawaaktif yang dapatdiberikankepadapasien, merupakansumberterbukadanikutmetabolismetubuh.
  2. Radiofarmaka yang sudah di siapkantersebutlalu di suntikanmelaluipembuluhdarahpasien, jenisradiofarmaka yang dimasukansesuaidenganjenispemeriksaan yang akan di lakukanpadakedokterannuklir.
  3. Setelahdisuntikanradiofarmakamelaluipembuluhdarahpasien, makaradiofarmakaatauradiasi yang ada di dalamtubuhpasienpastiakanmemancarsinar gamma atauradiasi gamma kesegalaarah..
  4. Radiasi gamma atausinar gamma yang dipancarkandaritubuhpasienituakan di tangkapolehdetektorpadapesawat gamma kamera, laluakan di saringdengankolimator, fungsikolimatorpadakedokterannukliriniadalahuntukmenangkapradiasi gamma atausinar gamma yang dipancarkandaritubuhpasien, kolimator yang digunakanpadakedokterannukliriniharus di sesuaikandenganpemeriksaan yang akandilakukan, misalkanuntukpemeriksaan thyroid, makakolimator yang digunakanadalahkolimatorkhususpemeriksaan thyroid. Jadi, bilakolimatortidaksesuaiuntukpemeriksaan yang dilakukan, makagambarankedokterannuklirakanmenjaditidakjelas, ataubisa di sebut blur danbanyak noise.
  5. Sinar gamma atauradiasi gamma yang ditangkapolehdetektorataupunkolimatormakaakan di teruskanke PMT,  PHA, Kordinatx.y,z logic sirkuitamplifikasi. PHA, Kordinatxy, dan logic sirkuitamplifikasiinibergunauntukmenentukangambarankedokterannuklir, apakahgambaranitubagusatau blur/jelek.
  6. Setelahmelawati PHA, Kordinatxydan logic sirkuitamplifikasimakaakanditeruskanmelaluikomputeruntukmenampilkangambarankedokterannuklirataupununtukpencatatandanmencetakgambarankedokterannuklir.
http://kristinanaralyawan.blogspot.com/2013/11/prinsip-kerja-kedokteran-nuklir.html

TEKNIK PEMERIKSAAN OSSA MANUS



TEKNIK PEMERIKSAAN OSSA MANUS
Proyeksi pemeriksaan ossa manus yaitu :

  1. PA (Posterior anterior)
  2. Obliq 
  3. Lateral
  4. AP Perbandingan
  5. AP 
Untuk Pemeriksaan di lapangan yang sering dipakai yaitu PA dan Obliq.
Untuk klinis pasien di lapangan biasanya Fraktur (Patah tulang), Trauma, Fisura, Dislokasi Sendi, Ruptur, Artheritis, Osteoma dan Corpus alienum (Benda Asing).

Proyeksi pemeriksaan PA (Dorso Plantar)

  • PP (Posisi Pasien) : Pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan lengan di fleksikan, atur ketinggian sehingga lengan pasien  nyaman di atas meja pemeriksaan
  • PO(Posisi Objek) : Istirahatkan lengan (Antebrachi) pada meja pemeriksaan dan tempatkan manus dengan telapak tangan pasien menempel pada kaset. Letakan MCP (Metacarpo phalangeal) joint di tengah-tengah kaset. Rentangkan tangan pasien yang akan diperiksa. Usahakan tangan pasien relaks agar tidak terjadinya rotasi, jangan lupa kenakan Apron pada pasien untuk melindungi organ-organ fital dan usahakan pasien menoleh ke sisi yang tidak terkena sinar x.
  • Ukuran kaset = 18x24 cm atau 24x30 cm melintang untuk 2 gambaran.
  • CR (Central Ray) = Tegak lurus Vertikal.
  • FFD = 90-100 cm
  • CP (Central Point) = di MCP (Metacarpo phalangeal Joint) digiti 3
  • Marker = R/L
  • Batas Atas Batas Bawah kolimasi = Batas atasnya dari phalang sampai 1/3 oss distal radius, ulna untuk batas bawahnya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEgELoqZ1YwlZKnrkFHq85VHCeoufvutUu-tRDjI6H2r5wfOALIIohc7wMJmgy7hsbhETiJ6dZOuxfq1EujFWD4R5Cl2DeFg60YuCoL5xl2o81o-lwZ2bYXrhj4hvo4XDzQaFsfE-sYxQ/s320/Picture12.png 
  • Tampilan Struktur : Phalang 1-5, Metacarpal, Carpal (Schapoid, Lunatum, Triquetrum, Phisiform, Trapezium,Trapezoid, Capitatum, Hamatum dan Oss Distal Radius dan Ulna.
  • Kriteria Radigraf : MCP dan Interphalangeal joint membuka menandakan manus diletakkan rata pada kaset.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTWvPhhfA2DtGtwL5LpnO0S3JMbqfozs-dcnLzIruAhYp0BhK-ee1ctSRp4mpEwA3ro0vwbVcN63He4bubQWRPyp2wjQTleKA8_gDOM_I9UoxWzah6rp7zWfBcPM9xB_iIvPclr9kN6ZA/s1600/Picture13.png 

Proyeksi Pemeriksaan PA Obliq Projektion

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLV265RwwJ2QqYfzG9UJ_vi8_driQCd8I1ge7p_yVYD5s4zKACN7NAW5IMyWlHugqoKwx78QU41n9KonrHpThFQlek9HiZEgfMWf-Wog6RiWLr9T_zwfhn8rsCVLDdognajJ-O-7_8dqA/s1600/Picture16.png 
  1. PP = Pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan lengan difleksikan.
  2. PO = Atur tangan pasien Obliq membentuk suatu penjuru kira-kira 45 derajat seperti sedang menggenggam kertas.
  3. Ukuran Kaset = 18x24 cm atau 24x30 untuk 2 gambaran.
  4. CP = MCP (Metacarpo phalangeal joint digiti 3
  5. CR = Tegak lurus Vertikal
  6. FFD = 90-100 cm
  7. Marker = R/L
  8. Batas Atas dan Batas Bawah = Dari Phalang sampai 1/3 Distal oss radius dan ulna.
Kriteria Evaluasi : Sedikit Overlap antara metakarpal tiga dan empat serta empat dan lima.
                            Interphalangeal joint dan MCP joint terbuka dan tidak superposisinya antara tulang
                            Trapezium dengan Trapezoid.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkbj6JdXzGgjEnI1MNk-ojLR6g6IRYCFv0zyJ0uMOrYszsXCtr5JcY0OJwm3F7NUoOj2b4eD9TksHY-9WLMZ1oo1Yc3VOvJQp9hARzyBe82ZW5Diu4PtLXwQ5xEjCDQGTZS_XU2REosuU/s1600/Picture19.png 
Proyeksi Pemeriksaan Lateral (Medio lateral dan Latero Medial)
  • Untuk Proyeksi ini gunakan kaset 18x24 membujur atau 24x30 melintang untuk dua gambaran.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4RM-yNTpmM_hHUaeiO6OLJcbYVkSWxtT0Sg09I7aSR1sMP38AiIUGSfZZKxCfPE5XHW9K0apAyHkz5Uib4d1DmRxBphhfpQLnEV0SrafW1hyphenhyphenTt1n6cUJd7RJAx_OpApz0I_e2rwbbFpA/s1600/Picture15.png 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiV8IZ8wT0tboE_ZGQHYH9DOR7X-M1SuB-yqqSVaqknIDYKwwGHHpDkleIyzMghZSKq2ipkrOHbQhd2RKo_G5OSNPk3b9Jq5zILNTWDi2Z8Qnp153YMG0pV2orDZIxB0pymCEnIZa9l3H0/s1600/Picture17.png

  • PP = Posisikan Pasien duduk menyamping meja pemeriksaan dengan antebrachi menempel pada meja pemeriksaan dengan aspek Ulnaris menempel pada kaset sementara pada Latero medial aspek Radius menempel pada kaset
  • PO = Ekstensikan digit pasien dan atur digit pertama di sudut kanan palmar. Atur phalang (digit) 2-5 Superposisi.
  • FFD = 100cm
  • CR = Vertikal tegak lurus pada kaset pada MCP joint digiti 5 dan 2.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3NJIW4PeM5kZ0pobLAO3tHe8DDHhUiiP_VCY2vk15Sx3NSsC6jZeBJK5_gYvQuL16EHdEcEh6YHoE3fAykKqSFZPZcF4byzDDxDdypUos_A-OXQVfjjBKlPzy7Rz_3NHlrZfItJ2fOco/s1600/Picture14.png 

Kriteria Evaluasi : Phalang 2-5 Superposisi kecuali ibu jari, superposisi metacarpal, superposisi oss radius dan ulna.
Proyeksi Pemeriksaan AP Perbandingan (Metode Noogaard)
 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhR5B9eDJgnP3bsBEGaRoFp1Qk4kJ0XOMC0_QccC0HL4EBd74_vNwKNFzuAIgOU7iHTO9Q1my9WqvLqlRK5TZCkDG3IDP8dVVQ2FtYT36qg5E58xKoNLti9GE8c0_MUsmA0VScAIkzd8Ss/s1600/Picture18.png


  • PP =Pasien duduk di ujung meja pemeriksaan, dengan kedua tangan diposisikan setengah supine untuk perbandingan.
  • PO = Tempatkan kedua telapak tangan bersama-sama tempatkan 2 spons kira-kira 45 derajat terhadap aspek superior dari masing-masing tangan, Ekstensikan jari-jari pasien dan sedikit abduksikan ibu jari pasien untuk menghindari superposisi. jari-jari seolah-olah sedang menggenggam  seperti akan menangkap bola.
  • FFD = 100 cm
  • CR = Tegak lurus Vertikal
  • CP = Tegak lurus pada pertengahan kaset atau pada titik tengah antara kedua tangan selevel MCP joint.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie2Ci4vmqS8cQJjXUXVxGBn6Fk0_2zAb7S3AOw6hqRWfW-24l_mqBEzEj2dOJlgl7HB6eigz1akr_IEqdO6m86XVBIcqAuKPrY4FBsCH2c0iHW0ss6kS5mhSW-ka4DIFDcIdtwugkQRVY/s1600/Picture67.png 
Kriteria Evaluasi = Kaput Metakarpal bebas dari superimposisi, dan tampak kedua tangan dari daerah      
                              karpal ke ujung digit.

http://charismaprillia.blogspot.com/2014/02/teknik-pemeriksaan-ossa-manus.html